Diktator
Jerman, Adolf Hitler diyakini tewas bunuh diri di sebuah bunker di
Berlin pada 30 April 1945. Namun, fakta itu kini dipertanyakan. Seperti
dikutip dari laman Daily Telegraph, Senin 28 September 2009, Program
History Channel Documentary Amerika Serikat menyatakan tengkorak milik
Hitler yang disimpan Rusia bukan milik pemimpin NAZI tersebut.
Itu adalah tengkorak perempuan
berusia di bawah 40 tahun, bukan Hitler yang dinyatakan meninggal di
usia 56 tahun. Penemuan ini, menguatkan kembali teori konspirasi bahwa
Hitler tidak mati pada 1945. Dia diduga melarikan diri dan mati di usia
tua. Sejumlah teori beredar soal dimana kematian Hitler. Ada yang
mengatakan Hitler meninggal di Argentina, Brazil, Amerika Selatan,
bahkan Indonesia.
***
Jurnalis Argentina sekaligus
pengarang buku 'Bariloche Nazi', Abel Basti meyakini Hitler tewas di
Argentina pada 1960. Basti mengklaim Hitler melarikan diri dari Jerman
menggunakan kapal selam. Bersama belahan jiwanya, Eva Braun, Hitler
diyakini menghabiskan hari-hari terakhirnya di sebuah kota bernama
Bariloche. Basti mendasarkan klaimnya atas keterangan beberapa saksi.
Kemudian, seperti dikutip laman
Salisburypost, 30 Agustus 1999, artikel surat kabar pada 17 Juli 1945,
memberitakan Hitler dan Eva braun terlihat di Argentina. Seorang
wartawan mengirim cerita dari Montevideo ke Chicago Times -- Hitler dan
Braun melarikan diri ke Argentina dengan kapal selam. Keduanya hidup di
kompleks orang-orang Jerman di Patagonia. Sementara, klaim bahwa Hitler
meninggal di Brazil didasarkan pengakuan anggota NAZI bahwa Hitler
meninggal pada 1980 di Brazil.
Brazil diketahui sebagai tempat
pelarian para mantan pengikut Hitler. Sebuah makam NAZI bahkan ditemukan
di pedalaman Hutan Amazon, lengkap dengan lambang NAZI di nisan yang
berbentuk salib.
***
Sebuah artikel mengejutkan telah lama
beredar di sejumlah mailing list dan laman jejaring sosial. Artikel itu
berisi versi lain cerita kematian diktator Jerman, Adolf Hitler.
Dikatakan Hitler meninggal di Indonesia. Cerita ini berawal dari sebuat
artikel di Harian Pikiran Rakyat pada tahun 1983. Penulisnya bernama dr
Sosrohusodo -- dokter lulusan Universitas Indonesia yang pernah bertugas
di kapal yang dijadikan rumah sakit bernama 'Hope' di Sumbawa Besar.
Dia menceritakan pengalamannya
bertemu dengan dokter tua asal Jerman bernama Poch di Pulau Sumbawa
Besar tahun 1960. Poch adalah pimpinan sebuah rumah sakit terbesar di
pulau tersebut. Klaim yang diajukan dr Sosrohusodo jadi polemik. Dia
mengatakan dokter tua asal Jerman yang dia temui dan ajak bicara adalah
Hitler di masa tuanya Bukti-bukti yang diajukan Sosrohusodo, adalah
bahwa dokter tersebut tak bisa berjalan normal --- Dia selalu menyeret
kaki kirinya ketika berjalan.
Kemudian, tangannya, kata
Sosrohusodo, tangan kiri dokter Jerman itu selalu bergetar. Dia juga
punya kumis vertikal mirip Charlie Chaplin, dan kepalanya gundul.
Kondisi ini diyakini mirip dengan gambaran Hilter di masa tuanya -- yang
ditemukan di sejumlah buku biografi sang Fuhrer. Saat bertemu dengannya
di tahun 1960, orang yang diduga Hitler berusia 71 tahun. Menurut
Sosrohusodo, dokter asal Jerman yang dia temui sangat misterius. Dia
tidak punya lisensi untuk jadi dokter, bahkan dia sama sekali tak punya
keahlian tentang kesehatan.
Keyakinan Sosro, bahwa dia
bertemu Hitler dan Eva Braun, membuatnya makin tertarik membaca buku dan
artikel soal Hitler. Kata dia, setiap melihat foto Hitler di masa
jayanya, dia makin yakin bahwa Poch, dokter tua asal Jerman yang dia
temui adalah Hitler. Keyakinannya bertambah saat seorang keponakannya,
pada 1980, memberinya buku biografi Adolf Hitler karangan Heinz Linge
yang diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Try Budi Satria.
Dalam halaman 59 artikel itu
diceritakan kondisi fisik Hitler di masa tua. "Sejumlah orang Jerman
tahu Hitler menyeret kakinya saat berjalan, penglihatannya makin kabur,
rambutnya tak lagi tumbuh. Kala perang makin berkecamuk dan Jerman terus
dipukul kalah, Hitler menderita kelainan syaraf." Saat membaca buku
tersebut, Sosro makin yakin, sebab kondisi fisik yang sama dia temukan
pada diri Poch. Dalam buku tersebut juga diceritakan tangan kiri Hitler
selalu bergetar sejak pertempuran Stalingrad (1942 -1943) -- yang
merupakan pukulan dahsyat bagi tentara Jerman.
Sosro mengaku masih ingat
beberapa percakapannya dengan Poch yang diduga adalah Hitler. Poch
selalu memuji-muji Hitler. Dia juga mengatakan tak ada pembunuhan di
Auschwitz, kamp konsentrasi yang diyakini sebagai lokasi pembantaian
orang-orang Yahudi. "Saat saya bertanya soal kematian Hitler, dia
mengatakan tak tahu. Sebab, saat itu situasi di Berlin dalam keadaan
chaos. Semua orang berusaha menyelamatkan diri masing-masing," kata
Sosrohusodo, seperti dimuat laman Militariana.
Sosro mengaku pernah memeriksa
tangan kiri Poch yang selalu bergetar. Saat menanyakan kapan gejala ini
mulai terjadi, Poch lalu bertanya pada istrinya yang lalu menjawab, "ini
terjadi ketika Jerman kalah di pertempuran dekat Moskow. Saat itu
Goebbels mengatakan padamu bahwa kau memukuli meja berkali-kali."
Goebbels yang disebut istri Poch diduga adalah Joseph Goebbe, menteri
propaganda Jerman yang dikenal loyal dengan Hilter. Kata Sosro, istri
Poch, yang diduga Eva Braun, beberapa kali memanggil suaminya 'Dolf',
yang diduga kependekan dari Adolf Hitler.
Usai membaca artikel-artikel
tersebut, Sosro mengaku menghubungi Sumbawa Besar. Dari sana, dia
memperoleh informasi dr Poch meninggal di Surabaya. Poch meninggal pada
15 Januari 1970 pukul 19.30 di Rumah Sakit Karang Menjangan Surabaya
karena serangan jantung, dalam usia 81 tahun. Dia dimakamkan sehari
kemudian di daerah Ngagel. Sementara istrinya yang asal Jerman pulang ke
tanah airnya, Poch diketahui menikah lagi dengan wanita Sunda asal
Bandung berinisial S. Dia diketahui tinggal di Babakan Ciamis.
Setelah menutup mulut, S
akhirnya memberi semua dokumen milik suaminya pada Sosro. termasuk foto
perkawinan, surat izin mengemudi lengkap dengan sidik jari Poch. Ada
juga buku catatatan berisi nama-nama orang Jerman yang tinggal di
beberapa negara, seperti Argentina, Italia, Pakistan, Afrika Selatan,
dan Tibet. Juga beberapa tulisan tangan steno dalan bahasa Jerman Buku
catatan Poch berisi dua kode, J.R. KepaD No.35637 dan 35638, kode simbol
lelaki dan perempuan.
"Ada kemungkinan buku catatatan
dimiliki dua orang, Hitler dan Eva Braun," kata Sosro. Ada juga tulisan
yang diduga rute pelarian Hitler -- yakni B (Berlin), S (Salzburg), G
(Graz), J (Jugoslavia), B (Belgrade), S (Sarajevo), R (Rome), sebelum
dia ke Sumbawa Besar. Istri kedua Poch, S juga menceritakan suatu hari
dia melihat suaminya mencukur kumis dengan gaya mirip Hitler. Ketika dia
bertanya, suaminya menjawab, "jangan bilang siapa-siapa."
Sosro mengaku tak ada maksud
tersembunyi di balik pengakuannya. "Saya hanya ingin menunjukan Hitler
meninggal di Indonesia," kata dia. Hingga saat ini apakah Hitler tewas
di bunker, di Argentina, Brazil, atau Indonesia, belum bisa dipastikan.
Kisah akhir hayat 'sang Fuhrer' terus jadi misteri.
sumber : http://maskolis.blogspot.com/2011/10/benarkah-hitler-meninggal-di-indonesia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar