Dibalik cerita pedonor sumsum tulang belakang dan pelaku pemerkosaan
Kejadian ini memang sudah lama terjadi, tapi tidak ada salahnya saya berbagi kepada para pembaca semua siapa tahu ada pelajaran berharga yang bisa kita petik dari kisah ini. Di suatu Koran Itali, munculah berita pencarian orang yang istimewa 17 Mei 1992 di parkiran mobil ke 5 Wayeli (nama sebuah kota di Italia, nggak tau bener apa enggak nulisnya) seorang wanita kulit putih diperkosa oleh seorang kulit hitam. Tak lama kemudian, sang wanita melahirkan seorang bayi perempuan berkulit hitam. Ia dan suaminya tiba-tiba saja menanggung tanggung jawab untuk memelihara anak ini. Sayangnya, sang bayi kini menderita leukemia (kanker darah), dan ia memerlukan transfer sumsum tulang belakang segera.
Kejadian ini memang sudah lama terjadi, tapi tidak ada salahnya saya berbagi kepada para pembaca semua siapa tahu ada pelajaran berharga yang bisa kita petik dari kisah ini. Di suatu Koran Itali, munculah berita pencarian orang yang istimewa 17 Mei 1992 di parkiran mobil ke 5 Wayeli (nama sebuah kota di Italia, nggak tau bener apa enggak nulisnya) seorang wanita kulit putih diperkosa oleh seorang kulit hitam. Tak lama kemudian, sang wanita melahirkan seorang bayi perempuan berkulit hitam. Ia dan suaminya tiba-tiba saja menanggung tanggung jawab untuk memelihara anak ini. Sayangnya, sang bayi kini menderita leukemia (kanker darah), dan ia memerlukan transfer sumsum tulang belakang segera.
Ayah kandungnya merupakan satu-satunya
penyambung harapan hidupnya. Berharap agar pelaku pada waktu itu saat
melihat berita ini, bersedia menghubungi Dr. Adely di RS Elisabeth.
Berita pencarian orang ini membuat seluruh masyarakat gempar. Setiap
orang membicarakannya. Masalahnya adalah apakah orang hitam ini berani
muncul. Padahal jelas ia akan menghadapi kesulitan besar, Jika ia berani
muncul, ia akan menghadapi masalah hukum, dan ada kemungkinan merusak
kehidupan rumah tangganya sendiri. Jika ia tetap bersikeras untuk diam,
ia sekali lagi membuat dosa yang tak terampuni. Kisah ini akan berakhir
bagaimanakah? Seorang anak perempuan yang menderita leukimia ternyata
menyimpan suatu kisah yang memalukan di suatu perkampungan Itali.
Martha, 35 tahun, adalah wanita yang menjadi pembicaraan semua orang.
Ia dan suaminya Peterson adalah
warga kulit putih, tetapi diantara kedua anaknya, ternyata terdapat satu
yang berkulit hitam. Hal ini menarik perhatian setiap orang di sekitar
mereka untuk bertanya, Martha hanya tersenyum kecil berkata pada mereka
bahwa nenek berkulit hitam, dan kakeknya berkulit putih, maka anaknya
Monika mendapat kemungkinan seperti ini. Musim gugur 2002, Monika yang
berkulit hitam terus menerus mengalami demam tinggi. Terakhir, Dr. Adely
memvonis Monika menderita leukimia. Harapan satu-satunya hanyalah
mencari pedonor sumsum tulang belakang yang paling cocok untuknya.
Dokter menjelaskan lebih lanjut. Diantara mereka yang ada hubungan darah
dengan Monika merupakan cara yang paling mudah untuk menemukan pedonor
tercocok. Harap seluruh anggota keluarga kalian berkumpul untuk
menjalani pemeriksaan sumsum tulang belakang.
Raut wajah Martha berubah, tapi
tetap saja seluruh keluarga menjalani pemeriksaan. Hasilnya tak satupun
yang cocok. Dokter memberitahu mereka, dalam kasus seperti Monika ini,
mencari pedonor yang cocok sangatlah kecil kemungkinannya. Sekarang
hanya ada satu carayang paling manjur, yaitu Martha dan suaminya kembali
mengandung anak lagi. Dan mendonorkan darah anak untuK. Monika.
Mendengar usul ini Martha tiba-tiba menjadi panik, dan berkata tanpa
suara “Tuhan..kenapa menjadi begini?” Ia menatap suaminya, sinar matanya
dipenuhi ketakutan dan putus asa. Peterson mengerutkan keningnya
berpikir. Dr. Adely berusaha menjelaskan pada mereka, saat ini banyak
orang yang menggunakan cara ini untuk menolong nyawa para penderita
leukimia, lagi pula cara ini terhadap bayi yang baru dilahirkan sama
sekali tak ada pengaruhnya. Hal ini hanya didengarkan oleh pasangan
suami istri tersebut, dan termenung begitu lama. Terakhir mereka hanya
berkata, Biarkan kami memikirkannya kembali.
Malam kedua, Dr. Adely tengah
bergiliran tugas, tiba-tiba pintu ruang kerjanya terbuka, pasangan
suami-istri tersebut. Martha menggigit bibirnya keras, suaminya
Peterson, menggenggam tangannya, dan berkata serius pada dokter. Kami
ada suatu hal yang perlu memberitahumu. Tapi harap Anda berjanji untuk
menjaga kerahasiaan ini, karena ini merupakan rahasia kami suami-istri
selama beberapa tahun. Dr. Adely menganggukkan kepalanya. Lalu mereka
menceritakan Itu adalah 10 tahun lalu, dimana Martha ketika pulang kerja
telah diperkosa seorang remaja berkulit hitam. Saat Martha sadar, dan
pulang ke rumah dengan tergesa-gesa, waktu telah menunjukkan pukul 1
malam. Waktu itu aku bagaikan gila keluar rumah mencari orang hitam itu
untuk membuat perhitungan. Tapi telah tak ada bayangan orang satupun.
Malam itu kami hanya dapat memeluk kepala masing-masing menahan
kepedihan. Sepertinya seluruh langit runtuh.
Bicara sampai sini, Peterson
telah dibanjiri air mata, Ia melanjutkan kembali . Tak lama kemudian
Martha mendapati dirinya hamil. Kami merasa sangat ketakutan, kuatir
bila anak yang dikandungnya merupakan milik orang hitam tersebut. Martha
berencana untuk menggugurkannya, tapi aku masih mengharapkan
keberuntungan, mungkin anak yang dikandungnya adalah bayi kami.
Begitulah, kami ketakutan
menunggu beberapa bulan. Maret 1993, Martha melahirkan bayi perempuan,
dan ia berkulit hitam. Kami begitu putus asa, pernah terpikir untuk
mengirim sang anak ke panti asuhan. Tapi mendengar suara tangisnya, kami
sungguh tak tega. Terlebih lagi bagaimanapun Martha telah
mengandungnya, ia juga merupakan sebuah nyawa. pada akhirnya kami
memutuskan untuk memeliharanya, dan memberinya nama Monika.
Mata Dr. Adely juga digenangi
air mata, pada akhirnya ia memahami kenapa bagi kedua suami istri
tersebut kembali mengandung anak merupakan hal yang sangat
mengkuatirkan. Ia berpikir sambil mengangguk-anggukkan kepala berkata
Memang jika demikian, kalian melahirkan 10 anak sekalipun akan sulit
untuk mendapatkan donor yang cocok untuk Monika. Beberapa lama kemudian,
ia memandang Martha dan berkata Kelihatannya, kalian harus mencari ayah
kandung Monika. Barangkali sumsum tulangnyacocok untuk Monika.Tetapi,
apakah kalian bersedia membiarkan ia kembali muncul dalam kehidupan
kalian?
Martha berkata : “Demi anak, aku
bersedia berlapang dada memaafkannya. Bila ia bersedia muncul
menyelamatkannya. Aku tak akan memperkarakannya. Dr. Adely merasa
terkejut akan kedalaman cinta sang ibu.
Martha dan Peterson
mempertimbangkannya baik-baik, sebelum akhirnya memutuskan memuat berita
pencarian ini di koran dengan menggunakan nama samaran.
November 2002, di koranWayeli
termuat berita pencarian ini, seperti yang digambarkan sebelumnya.
Berita ini memohon sang pelaku pemerkosaan waktu itu berani muncul, demi
untuk menolong sebuah nyawa seorang anak perempuan penderita leukimia!
Begitu berita ini keluar, tanggapan masyarakat begitu menggemparkan.
Kotak surat dan telepon Dr. Adely bagaikan meledak saja, kebanjiran
surat masuk dan telepon, orang-orang terus bertanya siapakah wanita ini
Mereka ingin bertemu dengannya, berharap dapat memberikan bantuan
padanya. Tetapi Martha menolak semua perhatian mereka, ia tak ingin
mengungkapkan identitas sebenarnya, lebih tak ingin lagi identitas
Monika sebagai anak hasil pemerkosaan terungkap.
Seluruh media penuh dengan
diskusi tentang bagaimana cerita ini berakhir. (suratkabar Roma)
Komentar dengan topik : Orang hitam itu akan munculkah? Jika orang hitam
ini berani muncul, akan bagaimanakah masyarakat kita sekarang
menilainya Akankah menggunakan hukum yang berlaku untuk menghakiminya
Haruskah ia menerima hukuman dan cacian untuk masa lalunya, ataukah ia
harus menerima pujian karena keberaniannya hari ini?
Saat itu berita pencarian juga
muncul di Napulese, memporakporandakan perasaan seorang pengelola toko
minuman keras berusia 30 tahun. Ia seorang kulit hitam, bernama Ajili.
17 Mei 1992 waktu itu, ia memiliki lembaran tergelam merupakan mimpi
terburuknya di malam berhujan itu. Ia adalah sang peran utama dalam
kisah ini. Tak seorangpun menyangka, Ajili yang sangat kaya raya itu,
pernah bekerja sebagai pencuci piring panggilan.
Dikarenakan orang tuanya telah
meninggal sejak ia masih muda, ia yang tak pernah mengenyam dunia
pendidikan terpaksa bekerja sejak dini. Ia yang begitu pandai dan
cekatan, berharap dirinya sendiri bekerja dengan giat demi mendapatkan
sedikit uang dan penghargaan dari orang lain. Tapi sialnya, bosnya
merupakan seorang rasialis, yang selalu mendiskriminasikannya. Tak
peduli segiat apapun dirinya, selalu memukul dan memakinya. 17 Mei 1992,
merupakan ulang tahunnya ke 20, ia berencana untuk pulang kerja lebih
awal merayakan hari ulang tahunnya. Siapa menyangka, ditengah kesibukan
ia memecahkan sebuah piring. Sang bos menahan kepalanya, memaksanya
untuk menelan pecahan piring. Ajili begitu marah dan memukul sang bos,
lalu berlari keluar meninggalkan restoran. Ditengah kemarahannya ia
bertekad untuk membalas dendam pada si kulit putih. Malam berhujan
lebat, tiada seorangpun lewat, dan di parkiran ia bertemu Martha. Untuk
membalaskan dendamnya akibat pendiskriminasian, ia pun memperkosa sang
wanita yang tak berdosa ini.
Tapi selesai melakukannya, Ajili
mulai panik dan ketakutan. Malam itu juga Ia menggunakan uang ulang
tahunnya untuk membeli tiket KA menuju Napulese, meninggalkan kota
ini.Di Napulese, ia bertemu keberuntungannya. Ajili mendapatkan
pekerjaan dengan lancar di restoran milik orang Amerika. Kedua pasangan
Amerika ini sangatlah mengagumi kemampuannya, dan menikahkannya dengan
anak perempuan merka, Lina, dan pada akhirnya juga mempercayainya untuk
mengelola toko mereka. Beberapa tahun ini, ia yang begitu tangkas, tak
hanya memajukan bisnis toko minuman keras ini, ia juga memiliki 3 anak
yang lucu.
Dimata pekerja lainnya dan
seluruh anggota keluarga, Ajili merupakan bos yang baik, suami yang
baik, ayah yang baik. Tapi hati nuraninya tetap membuatnya tak melupakan
dosa yang pernah diperbuatnya.
Ia selalu memohon ampun pada
Tuhan dan berharap Tuhan melindungi wanita yang pernah diperkosanya,
berharap ia selalu hidup damai dan tentram. Tapi ia menyimpan rahasianya
rapat-rapat, tak memberitahu seorangpun. Pagi hari itu, Ajili
berkali-kali membolak-balik koran, ia terus mempertimbangkan kemungkinan
dirinyalah pelaku yang dimaksud. Sedikitpun ia tak pernah membayangkan
bahwa wanita malangitu mengandung anaknya, bahkan menanggung tanggung
jawab untuk memelihara dan menjaga anak yang awalnya bukanlah miliknya.
Hari itu, Ajili beberapa kali
mencoba menghubungi Telepon Dr. Adely. Tapi setiap kali, belum sempat
menekan habis tombol telepon, iatelah menutupnya kembali. Hatinya terus
bertentangan, bila ia bersedia mengakui semuanya, setiap orang kelak
akan mengetahui sisi terburuknya ini, anak-anaknya tak akan lagi
mencintainya, ia akan kehilangan keluarganya yang bahagia dan istrinya
yang cantik. Juga akan kehilangan penghormatan masyarakat disekitarnya.
Semua yang ia dapatkan dengan ditukar kerja kerasnya bertahun-tahun.
Malam itu, saat makan bersama, seluruh keluarga mendiskusikan kasus
Martha.Sang istri, Lina berkata : : “Aku sangat mengagumi Martha. Bila
aku diposisinya, aku tak akan memiliki keberanian untuk memelihara anak
hasil perkosaan hingga dewasa. Aku lebih mengagumi lagi suami Martha, ia
sungguh pria yang patut dihormati, tak disangka ia dapat menerima anak
yang demikian”. Ajili termenung mendengarkan pendapat istrinya, dan
tiba-tiba mengajukan pertanyaan: Kalau begitu, bagaimana kau memandang
pelaku pemerkosaan itu? Sedikitpun aku tak akan memaafkannya!!!
Waktu itu ia sudah membuat
kesalahan, kali ini juga hanya dapat meringkuk menyelingkupi dirinya
sendiri, ia benar-benar begitu rendah, begitu egois, begitu pengecut! Ia
benar-benar seorang pengecut! demikian istrinya menjawab dengan
dipenuhi api kemarahan. Ajili mendengarkan saja, tak berani mengatakan
kenyataan pada istrinya. Malam itu, anaknya yang baru berusia 5 tahun
begitu rewel tak bersedia tidur, untuk pertama kalinya Ajili kehilangan
kesabaran dan menamparnya. Sang anak sambil menangis berkata :”Kau ayah
yang jahat, aku tak mau peduli kamu lagi. Aku tak ingin kau menjadi
ayahku”. Hati Ajili bagai terpukul keras mendengarnya, ia pun memeluk
erat-erat sang anak dan berkata: “Maaf, ayah tak akan memukulmu lagi.
Ayah yang salah, maafkan papa ya”.
Sampai sini, Ajili pun tiba-tiba
menangis. Sang anak terkejut dibuatnya, dan buru-buru berkata padanya
untuk menenangkan ayahnya : “Baiklah, kumaafkan. Guru TK ku bilang, anak
yang baik adalah anak yang mau memperbaiki kesalahannya. Malam itu,
Ajili tak dapat terlelap, merasa dirinya bagaikan terbakar dalam neraka.
Dimatanya selalu terbayang kejadian malam berhujan deras itu, dan
bayangan sang wanita. Ia sepertinya dapat mendengarkan jerit tangis
wanita itu.
Tak henti-hentinya ia bertanya
pada dirinya sendiri : “Aku ini sebenarnya orang baik, atau orang
jahat?” Mendengar bunyi napas istrinya yang teratur, ia pun kehilangan
seluruh keberaniannya untuk berdiri. Hari kedua, ia hampir tak tahan
lagi rasanya. Istrinya mulai merasakan adanya ketidakberesan pada
dirinya, memberikan perhatian padanya dengan menanyakan apakah ada
masalah Dan ia mencari alasan tak enak badan untuk meloloskan dirinya.
Pagi hari di jam kerja, sang karyawan menyapanya ramah : “Selamat pagi,
manager!” Mendengar itu, wajahnya tiba-tiba menjadi pucat pasi, dalam
hati dipenuhi perasaan tak menentu dan rasa malu. Ia merasa dirinya
hampir menjadi gila saja rasanya.
Setelah
berhari-hari memeriksa hati nuraninya, Ajili tak dapat lagi terus diam
saja, iapun menelepon Dr. Adely. Ia berusaha sekuat tenaga menjaga
suaranya supaya tetap tenang : “Aku ingin mengetahui keadaan anak malang
itu. Dr. Adely memberitahunya, keadaan sang anak sangat parah. Dr.
Adely menambahkan kalimat terakhirnya berkata :”Entah apa ia dapat
menunggu hari kemunculan ayah kandungnya. Kalimat terakhir ini menyentuh
hati Ajili yang paling dalam, suatu perasaan hangat sebagai sang ayah
mengalir keluar, bagaimanapun anak itu juga merupakan darah dagingnya
sendiri! Ia pun membulatkan tekad untuk menolong Monika. Ia telah
melakukan kesalahan sekali, tak boleh kembali membiarkan dirinya
meneruskan kesalahan ini. Malam hari itu juga, ia pun mengobarkan
keberaniannya sendiri untuk memberitahu sang istri tentang segala
rahasianya. Terakhir ia berkata : “Sangatlah mungkin bahwa aku adalah
ayah Monika Aku harus menyelamatkannya Lina sangat terkejut, marah dan
terluka, mendengar semuanya, ia berteriak marah :”Kau PEMBOHONG!”
Malam itu juga ia membawa ketiga anak mereka, dan lari pulang ke rumah ayah ibunya. Ketika ia memberitahu mereka tentang kisah Ajili, kemarahan kedua suami-istri tersebut dengan segera mereda. Mereka adalah dua orang tua yang penuh pengalaman hidup, mereka menasehatinya : “Memang benar, kita patut marah terhadap segala tingkah laku Ajili di masa lalu. Tapi pernahkah kamu memikirkan, ia dapat mengulurkan dirinya untuk muncul, perlu berapa banyak keberanian besar. Hal ini membuktikan bahwa hati nuraninya belum sepenuhnya terkubur. Apakah kau mengharapkan seorang suami yang pernah melakukan kesalahan tapi kini bersedia memperbaiki dirinya Ataukah seornag suami yang selamanya menyimpan kebusukan ini didalamnya?” Mendengar ini Lina terpekur beberapa lama. Pagi-pagi di hari kedua, ia langsung kembali ke sisi Ajili, menatap mata sang suami yang dipenuhi penderitaan, Lina menetapkan hatinya berkata : “Ajili, pergilah menemui Dr. Adely! Aku akan menemanimu!”
Malam itu juga ia membawa ketiga anak mereka, dan lari pulang ke rumah ayah ibunya. Ketika ia memberitahu mereka tentang kisah Ajili, kemarahan kedua suami-istri tersebut dengan segera mereda. Mereka adalah dua orang tua yang penuh pengalaman hidup, mereka menasehatinya : “Memang benar, kita patut marah terhadap segala tingkah laku Ajili di masa lalu. Tapi pernahkah kamu memikirkan, ia dapat mengulurkan dirinya untuk muncul, perlu berapa banyak keberanian besar. Hal ini membuktikan bahwa hati nuraninya belum sepenuhnya terkubur. Apakah kau mengharapkan seorang suami yang pernah melakukan kesalahan tapi kini bersedia memperbaiki dirinya Ataukah seornag suami yang selamanya menyimpan kebusukan ini didalamnya?” Mendengar ini Lina terpekur beberapa lama. Pagi-pagi di hari kedua, ia langsung kembali ke sisi Ajili, menatap mata sang suami yang dipenuhi penderitaan, Lina menetapkan hatinya berkata : “Ajili, pergilah menemui Dr. Adely! Aku akan menemanimu!”
3 Februari 2003, suami istri
Ajili, menghubungi Dr. Adely.8 Februari, pasangan tersebut tiba di RS
Elisabeth, demi untuk pemeriksaan DNA Ajili. Hasilnya Ajili benar-benar
adalah ayah Monika. Ketika Martha mengetahui bahwa orang hitam
pemerkosanya itu pada akhirnya berani memunculkan dirinya, ia pun tak
dapat menahan air matanya. Sepuluh tahun ini ia terus memendam dendam
kesumat terhadap Ajili, namun saat ini ia hanya dipenuhi perasaan
terharu. Segalanya berlangsung dalam keheningan. Demi untuk melindungi
pasangan Ajili dan pasangan Martha, pihak RS tidak mengungkapkan dengan
jelas identitas mereka semua pada media, dan juga tak bersedia
mengungkapkan keadaan sebenarnya, mereka hanya memberitahu media bahwa
ayah kandung Monika telah ditemukan.
Berita ini mengejutkan seluruh
pemerhati berita ini. Mereka terus-menerus menelepon, menulis suratpada
Dr. Adely, memohon untuk dapat menyampaikan kemarahan mereka pada orang
hitam ini, sekaligus penghormatan mereka padanya. Mereka berpendapat :
“Barangkali ia pernah melakukan tindak pidana, namun saat ini ia seorang
pahlawan!” 10 Februari, kedua pasangan Martha dan suami memohon untuk
dapat bertemu muka langsung dengan Ajili. Awalnya Ajili tak berani untuk
menemui mereka, namun pada permohonan ketiga Martha, iapun menyetujui
hal ini. 18 Februari, dalam ruang tertutup dan dirahasiakan di RS,
Martha bertemu langsung dengan Ajili.
Ajili baru saja memangkas
rambutnya, saat ia melihat Marth, langkah kakinya terasa sangatlah
berat, raut wajahnya memucat. Martha dan suaminya melangkah maju, dan
mereka bersama-sama saling menjabat tangan masing-masing, sesaat ketiga
orang tersebut diam tanpa suara menahan kepedihan, sebelum akhirnya air
mata mereka bersama-sama mengalir. Beberapa waktu kemudian, dengan suara
serak Ajili berkata : “Maaf…mohon maafkan aku!” Kalimat ini telah
terpendam dalam hatiku selama 10 tahun. Hari ini akhirnya aku mendapat
kesempatan untuk mengatakannya langsung kepadamu. Martha menjawab :
“Terima kasih Kau dapat muncul. Semoga Tuhan memberkati, sehingga sumsum
tulang belakangmu dapat menolong putriku”.
19 Februari, dokter melakukan
pemeriksaan sumsum tulang belakang Ajili. Untungnya, sumsum tulang
belakangnya sangat cocok bagi Monika Sang dokter berkata dengan antusias
: “Ini suatu keajaiban!”
22 Februari 2003, sekian lama harapan masyarakat luas akhirnya terkabulkan. Monika menerima sumsum tulang belakang Ajili, dan pada akhirnya Monika telah melewati masa kritis. Satu minggu kemudian, Monika boleh keluar RS dengan sehat walafiat. Martha dan suami memaafkan Ajili sepenuhnya, dan secara khusus mengundang Ajili dan Dr. Adely datang kerumah mereka untuk merayakannya. Tapi hari itu Ajili tidak hadir, ia memohon Dr. Adely membawa suratnya bagi mereka.
Dalam suratnya ia menyatakan penyesalan dan rasa malunya berkata :”Aku tak ingin kembali mengganggu kehidupan tenang kalian. Aku berharap Monika berbahagia selalu hidup dan tumbuh dewasa bersama kalian. Bila kalian menghadapi kesulitan bagaimanapun, harap hubungi aku, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membantu kalian”. Saat ini juga, aku sangat berterima kasih pada Monika, dari dalam lubuk hatiku terdalam, dialah yang memberiku kesempatan untuk menebus dosa. Dialah yang membuatku dapat memiliki kehidupan yang benar-benar bahagia di saparoh usiaku selanjutnya. Ini adalah hadiah yang ia berikan padaku! ( Italia post)
sumber : http://maskolis.blogspot.com/2011/10/kisah-mengharukan-seorang-pelaku.html
22 Februari 2003, sekian lama harapan masyarakat luas akhirnya terkabulkan. Monika menerima sumsum tulang belakang Ajili, dan pada akhirnya Monika telah melewati masa kritis. Satu minggu kemudian, Monika boleh keluar RS dengan sehat walafiat. Martha dan suami memaafkan Ajili sepenuhnya, dan secara khusus mengundang Ajili dan Dr. Adely datang kerumah mereka untuk merayakannya. Tapi hari itu Ajili tidak hadir, ia memohon Dr. Adely membawa suratnya bagi mereka.
Dalam suratnya ia menyatakan penyesalan dan rasa malunya berkata :”Aku tak ingin kembali mengganggu kehidupan tenang kalian. Aku berharap Monika berbahagia selalu hidup dan tumbuh dewasa bersama kalian. Bila kalian menghadapi kesulitan bagaimanapun, harap hubungi aku, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membantu kalian”. Saat ini juga, aku sangat berterima kasih pada Monika, dari dalam lubuk hatiku terdalam, dialah yang memberiku kesempatan untuk menebus dosa. Dialah yang membuatku dapat memiliki kehidupan yang benar-benar bahagia di saparoh usiaku selanjutnya. Ini adalah hadiah yang ia berikan padaku! ( Italia post)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar