*Tak bisa mengalami pubertas. Pertumbuhannya juga mandek di usia 11 tahun.
Selamanya
Poppy tak akan bisa merasakan pubertas. Terlahir tanpa hormon, ia
didiagnosis mengalami kelainan langka, yang membuatnya tak memiliki
semua jenis hormon penting bagi kehidupan. Dunia medis menyebutnya panhypopituitarism.
Gadis asal Inggris itu tak bisa mengalami lonjakan emosional yang biasa dialami para remaja yang menginjak usia pubertas. Ia bahkan memiliki risiko tinggi mengalami kematian dini.
Selain tak memiliki hormon estrogen yang memengaruhi pubertasnya, ia juga tak memiliki hormon pertumbuhan. Artinya, tulang-tulangnya berhenti tumbuh di usia sekitar 11 tahun. Ia tak memiliki hormon tiroksin yang mengatur metabolisme dan kadar energi.
"Karena tak memiliki estrogen, ovariumnya juga tak berkembang untuk menghasilkan sel telur yang sehat, bahkan dengan terapi hormon sekalipun. Sungguh membuat kami terpukul dan menangis," kata sang ibu, Karen, seperti dikutip The Sun.
Yang paling berbahaya adalah, tubuhnya tak mampu menghasilkan hormon kortisol yang penting mengatur reaksi tubuh terhadap stres. "Kami hampir kehilangan dia, kami baru tahu kondisi itu dua tahun lalu. Ia selalu tampak lemah dan kekurangan energi dan kerap berakhir di rumah sakit," kata Karen. (umi)
sumber : http://intermezonews.blogspot.com/2011/10/sakit-langka-tubuh-gadis-ini-tanpa.html
Gadis asal Inggris itu tak bisa mengalami lonjakan emosional yang biasa dialami para remaja yang menginjak usia pubertas. Ia bahkan memiliki risiko tinggi mengalami kematian dini.
Selain tak memiliki hormon estrogen yang memengaruhi pubertasnya, ia juga tak memiliki hormon pertumbuhan. Artinya, tulang-tulangnya berhenti tumbuh di usia sekitar 11 tahun. Ia tak memiliki hormon tiroksin yang mengatur metabolisme dan kadar energi.
"Karena tak memiliki estrogen, ovariumnya juga tak berkembang untuk menghasilkan sel telur yang sehat, bahkan dengan terapi hormon sekalipun. Sungguh membuat kami terpukul dan menangis," kata sang ibu, Karen, seperti dikutip The Sun.
Yang paling berbahaya adalah, tubuhnya tak mampu menghasilkan hormon kortisol yang penting mengatur reaksi tubuh terhadap stres. "Kami hampir kehilangan dia, kami baru tahu kondisi itu dua tahun lalu. Ia selalu tampak lemah dan kekurangan energi dan kerap berakhir di rumah sakit," kata Karen. (umi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar